Mengunjungi Salah Satu Panti Asuhan

Akhir pekan itu, saya dan beberapa teman diajak ikut kunjungan ke salah satu panti asuhan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus. Kegiatannya bagian dari program kecil yang kami susun untuk tugas kelompok, tapi rasanya lebih dari sekadar formalitas.
Kami datang membawa beberapa bingkisan: sembako, alat tulis, dan beberapa kotak makanan ringan. Tidak banyak, tapi kami siapkan sebaik mungkin. Waktu sampai di depan pintu gerbang, anak-anak sudah terlihat duduk di teras—beberapa senyum malu-malu, sebagian lagi langsung menyapa dengan riang.
Suasananya hangat. Setelah perkenalan singkat dengan pengurus, kami mulai berbaur. Ada yang bermain bersama anak-anak, ada yang membantu menyiapkan makanan kecil, dan saya sendiri sempat duduk di sudut, mengobrol dengan salah satu anak yang sedang asyik menggambar. Namanya Rama, umurnya sembilan tahun, dan katanya ingin jadi pilot.
Waktu berjalan cepat. Tanpa terasa, hari mulai sore. Sebelum pulang, kami sempat mengadakan sesi foto dan menyerahkan bingkisan secara simbolis. Bukan momen yang megah, tapi terasa cukup. Ada senyum, tawa, dan sedikit keharuan yang tidak dibuat-buat.
Dalam perjalanan pulang, suasananya jadi lebih hening. Mungkin karena masing-masing dari kami sedang merenung diam-diam. Tentang rasa syukur, tentang semangat anak-anak itu, atau tentang betapa sering kita lupa bahwa memberi tidak harus menunggu punya banyak.
Hari itu sederhana. Tapi meninggalkan kesan yang dalam.
Komentar
Posting Komentar