Banyak Lokasi Terkena Banjir

Banjir lagi. Dan kali ini, banyak lokasi yang kena.
Teman saya yang tinggal di daerah ciledug, bilang kalau halaman rumahnya udah seperti kolam. Di grup kelas, dosen bahkan membatalkan kuliah luring karena akses ke kampus terhambat. Beberapa teman lainnya ikut cerita kalau jalanan yang biasa mereka lewati berubah jadi lautan cokelat.
Saya sendiri tinggal di tempat yang agak tinggi, jadi aman. Tapi tetap saja, rasanya gak tenang. Pikiran saya langsung ke banyak hal—tentang teman yang rumahnya langganan banjir, tentang aktivitas warga yang terganggu, dan tentang betapa rentannya kota ini setiap musim hujan datang.
Sore harinya, hujan baru mulai reda. Tapi air belum tentu ikut surut. Di berita, disebutkan puluhan titik terendam, dari pemukiman padat sampai pusat kota. Saya hanya bisa duduk, scroll berita, dan berharap semoga semuanya cepat membaik.
Melihat semua ini, saya jadi sadar—banjir bukan cuma soal air yang menggenang. Tapi juga soal kesiapan, kebiasaan, dan kadang... kelalaian yang berulang. Dan entah kenapa, tiap tahun ceritanya selalu sama.
Komentar
Posting Komentar