Day 1 Mencoba Menjadi Barista

Hari itu sebenarnya bukan hari yang luar biasa. Kampus masih sama, tugas masih numpuk, dan cuaca agak mendung. Tapi ada satu hal yang bikin beda: saya coba bantu di stand kopi buat . Katanya sih biar “melatih soft skill”, tapi saya tahu mereka cuma kekurangan orang dan saya kena giliran.

Awalnya canggung juga, karena saya bahkan gak terlalu ngerti takaran matcha dan susu yang pas. Tapi setelah diajarin sebentar, saya mulai terbiasa. Pegang mesin, tuang susu, kasih tutup gelas—ngalir aja.

Sore itu, sambil bikin pesanan latte buat mahasiswa lain, saya iseng buka hasil pertandingan. Tim EVOS, yang saya dukung dari dulu, ternyata kalah telak. Bukan cuma kalah biasa, tapi benar-benar dihancurkan di game penentuan.

Saya tarik napas sebentar, lalu senyum kecut sendiri. Gelas di tangan sudah siap ditutup, tapi entah kenapa tangan saya malah ambil spidol marker, lalu nulis kecil di belakang gelas:

"EVOS kalah."

Bukan buat siapa-siapa, cuma semacam pelampiasan sarkas yang gak penting. Tapi rasanya agak lega. Lucunya


Komentar

Postingan Populer